Salah satu pendapat menyatakan bahwa kedua sifat wajah itu memiliki dasar-dasar biologis. Keduanya merupakan cerminan kualitas genetik yang baik atau mencerminkan kualitas lainnya seperti kesuburan. Nah karena kedua hal itu bernilai tinggi dalam kelangsungan spesies, maka wajar jika wajah dengan bentuk simetris dan sexual dismorphism menjadi wajah yang paling menarik.
Ide lain menyatakan bahwa ketertarikan terhadap sifat itu muncul hanya dari pengalaman visual dan sama sekali tidak terkait dengan faktor biologis. Diduga, wajah merupakan cerminan kualitas yang kurang ada kaitannya dengan faktor genetik dan kesuburan.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Anthony Little dari University of Stirling, Inggris, ditemukan bahwa ukuran simetri dan sexual dismorphism wajah saling terkait, baik pada manusia pemburu Afrika, orang Eropa, maupun pada sejenis monyet Macaques. Pada semua sampel, laki-laki dengan wajah simetris memiliki proporsi wajah yang lebih maskulin, sedangkan perempuan dengan wajah simetris memiliki proporsi wajah yang lebih feminin.
Temuan itu mendukung pendapat bahwa sexual dismorphism dan simetri wajah adalah penanda kualitas dan dipastikan keterkaitan antara keduanya memiliki dasar-dasar biologis sejak awal perkembangan. Kualitas apa?Salah satunya adalah kualitas kesehatan. Diketahui bahwa individu yang resisten terhadap penyakit lebih mungkin untuk tumbuh dengan wajah simetris sekaligus sexual dismorphism. Artinya, wajah dengan dua sifat itu mencerminkan kesehatan yang lebih baik. Kualitas lainnya? Masih dalam penelitian.