Desa Trunyan merupakan salah satu desa tua yang ada di pulau Dewata Bali. Desa ini merupakan salah satu tujuan wisata yakni “Kuburan Trunyan” yang terkenal hingga manca negara akan keunikan masyarakatnya terutama dalam pemakaman jenazah yang lain daripada daerah lainnya di seantero nusantara maupun dunia.
Untuk mencapai desa unik ini maka kita akan melewati obyek wisata penelokan terlebih dahulu, dimana berjarak kurang lebih 65 km dari Denpasar dan berjarak 23 km dari ibukota kabupaten Bangli.
Ketika berada di area Penelokan, anda bisa menikmati betapa indahnya panorama danau Batur yang sesekali terlihat terlihat perahu boat yang membawa wisatawan dalam setiap penyebrangan dari desa Kedisan ke Desa Trunyan.
Sesaat kita bisa melepaskan pandangan mata kealam sekitar dengan latar belakang panorama pegunungan, ditambah hembusan angin sepoi sepoi yang terasa sangatlah menyejukkan. Disamping itu, sisa sisa lahar yang membeku dan berwarna hitam yang tersebar merata hampir di seluruh kawasan menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
di Kawasan Batur di Desa Kedisan terdapat sebuah dermaga boat untuk melengkapi fasilitas wisata yang khusus melayani penyebrangan menuju ke Trunyan. Sebuah buah motor boat mampu menampung tujuh orang wisatawan maksimal. Tarif untuk sebuah motor boat yang menyeberangkan anda ke desa trunyan adalah berkisar Rp 400,000 dan anda bisa saweran dengan 6 penumpang lainnya dan anda bisa mengelilingi wisata danau Batur. Anda sebagai wisatawan akan benar-benar terpuaskan apabila berkunjung sambil mengelilingi Danau Batur dalam waktu tempuh sekitar 1 jam. Desa Trunyan sendiri terletak di pinggir danau Batur dan dikelilingi tebing bukit.
Kuburan Trunyan, Persemayaman mayat dan tengkorak manusia tanpa bau.
Agar bisa sampai ke kuburan Trunyan anda harus naik boat dengan jarak waktu sekitar 20 menit. Seperti dijelaskan diatas anda bisa menyewa boat seharga Rp400.000 yang bisa dinaiki hingga maksimum 7 orang.
Sesampainya di kuburan trunyan, terdapat papan berukuran 1,5 x 1 meter “Welcome to Kuburan Desa Trunyan”. Setelahnya melewati papan tersebut maka akan anda jumpai gapura kecil dan pepohonan besar yakni pohon Trunyan.
Jenasah disini hanya ditidurkan dan hanya ditutup kain putih, dan bagian Jenazah terlihat hanya kaki dan kepala, dipagari dengan anyaman bambu yang ditancapkan berbentuk kerucut. Keajaiban alam, jenazah jenazah yang ada diareal kuburan trunyan ini tidak menimbulkan aroma busuk, dan juga aman dari gangguan serangga seperti lalat, ulat, dan lainnya sebagaimana kita jumpai di daging busuk.
Salah seorang wisatawan mengatakan “antara percaya dan tidak, masa orang mati hanya diletakkan di tanah, diselimuti kain putih, terus kepalanya terbuka, kok tidak berbau dan juga tidak ada satupun ulat busuk yang mengerubungi”.
Desa Trunyan dikenal juga sebagai Desa Kayu Wangi yang artinya Desa Pohon Harum. "Itu artinya Pohon Nyan atau wangi. Jadi, kalau digabung Terunyan artinya adalah pohon yang wangi. Masyarakat setempat percaya bahwa pohon Trunyan bisa menyedot bau tak sedap mayat di tempat pemakaman.
Namun perlu anda ketahui bahwa tidak semua orang bisa disemayamkan atau mapasah jenazah di kuburan Trunyan. Areal kuburan trunyan hanya dikhususkan untuk orang yang dianggap bersih. Semisal mati yang normal dan sudah menikah, bila mati normal tapi belum menikah maka tidak boleh disemayamkan di areal kuburan trunyan. Begitu juga bila matinya karena kecelakaan dan penyakit maka juga tidak boleh.
Selamat berwisata ke desa dan kuburan trunyan.