
Untung tak dapat diraih, malang tak  kuasa ditolak. Pribahasa klasik ini pas menggambarkan derita Wina Nidaul  Gina, warga Kampung Baru RT 06/01 Kelurahan Kebonjati, Kecamatan Cikole  Kota Sukabumi. Gadis 17 tahun yang menuntut ilmu di Kota Bekasi ini  mendadak dikeluarkan dari sekolah justru pada hari pertama Ujian  Nasional. Bukan hanya itu, Alumni SMP 5 Kota Sukabumi ini pun dituding  merusak rumah tangga kepala sekolahnya.
Falah Kurnia Robbi, Cikole
Air mata Wina tak henti mengucur tatkala Ia ditemuai awak media di kediamannya kemarin. Aroma pilu begitu terasa saat dirinya menceritakan nasib malang yang menimpanya. Didampingi Ibundanya, Yati (45), Wina mengisahkan dirinya kaget bukan kepalang ketika mendadak Ia dilarang ikut UN di SMA Darul Abror Kota Bekasi. “Saya sempat mengikuti UN Bahasa Indonesia. Usai mengerjakan Soal UN hari pertama tiba-tiba diberikan surat Drop Out (DO),” tutur Wina sembari mengusap air mata di pipinya.
       
Sebelum UN, Wina bersama kakak kandungnya sempat mengadu ke Dinas Pendidikan Kota Bekasi mengeluhkan atas tindakan yang dilakukan pihak sekolah hanya sepihak. Di mana Wina belum diberikan kartu ujian, sementara teman-temannya yang lain sudah menerima.  
Falah Kurnia Robbi, Cikole
Air mata Wina tak henti mengucur tatkala Ia ditemuai awak media di kediamannya kemarin. Aroma pilu begitu terasa saat dirinya menceritakan nasib malang yang menimpanya. Didampingi Ibundanya, Yati (45), Wina mengisahkan dirinya kaget bukan kepalang ketika mendadak Ia dilarang ikut UN di SMA Darul Abror Kota Bekasi. “Saya sempat mengikuti UN Bahasa Indonesia. Usai mengerjakan Soal UN hari pertama tiba-tiba diberikan surat Drop Out (DO),” tutur Wina sembari mengusap air mata di pipinya.
 Dalam surat yang ditandatangani Kepala  SMA Darul Abror Kota Bekasi, Mujahid Solahudin, disebutkan tiga  pelanggaran yang dilakukan Wina sehingga harus dikeluarkan dari sekolah.  Pertama, dituduh telah merusak rumah tangga kepala sekolah, menghina  dengan perkataan kasar dan kurang wajar, serta mencemarkan nama baik  kepala sekolah di jejaring sosial facebook. “Padahal tidak ada satu pun  dari tiga tudingan itu yang saya lakukan,” aku Wina.
  Selama ini, aku Wina, dirinya memang  sering mendapat perhatian dari Mujahid. Namun sebagai seorang siswa,  semua perhatian Mujahid dianggap Wina sebagai perhatian seorang guru  kepada muridnya. Konon, Wina juga sempat dibelikan handphone oleh kepala  sekolahnya, katanya dibelikan untuk kelancaran komunikasi dengan  keluarga.
  Lagi-lagi, Wina tidak menanggapi  pemberian itu. Malah HP itu diberikan kepada kakaknya. Selain itu, Wina  mengaku sering diajak makan oleh Mujahid. Tapi kata Wina selalu bersama  beberapa teman kelasnya. “Saya tidak pernah makan berdua sama Pak  Mujahid karena memang tidak ada hubungan spesial,” katanya.
  Meski terus membantah ada hubungan  asmara dengan kepala sekolah, namun kedekatannya selama ini yang sering  terlihat oleh teman-temannya di Asrama YPI Darul Abror Kota Bekasi,  membuat Wina dikucilkan di asramanya. Bahkan mencuat tudingan kalau Wina  memelet Mujahid dan diisukan telah menikah. “Bahkan saya sempat  dirukyah untuk memastikan kalau saya tidak pakai guna-guna dan memang  terbukti tidak ada apa-apa, hanya alibi Pak Mujahid yang kemudian  menyebar ke teman-teman,” imbuhnya. 
 Terkait kemunculan tudingan pencemaran  nama baik di jejaring sosial Facebook, Wina menjelaskan memang dirinya  sempat meng-update status di akunnya berbunyi ‘Memang saya hewan atau  iblis’. Status seperti itu dibuat Wina sebagai ungkapan kejengkelan  karena dikucilkan oleh teman-temannya di asrama, hingga berdiam diri di  kamar.
  Puncak prahara yang menimpa Wina ketika  dirinya mengikuti UN. Baru hari pertama ujian tiba-tiba Mujahid  menghampirinya dan menyerahkan surat DO. Siswa yatim ini kaget karena  tiba-tiba diberikan surat DO dari kepala sekolah setelah melaksanakan UN  Bahasa Indonesia. “Dalam surat DO tersebut saya dituduh telah merusak  rumah tangga kepala sekolah, menghina dengan perkataan kasar dan kurang  wajar dan mencemarkan nama baik kepala sekolah di jejaring sosial  facebook, padahal saya tidak pernah melakukan hal tersebut,” kata Wina.
  Ia merasa didholimi oleh pihak sekolah  dengan tiga alasan tersebut, dirinya menulis status di FB mengaku tidak  memuat kata-kata kotor yang menyudutkan ke salah seorang. “Kepala  sekolah yang sering mengirim SMS dengan tulisan “Bapak Sayang Kamu, Kamu  Sayang Tidak”. Saya mengabaikan aja SMS-nya,” ujar Wina.
Sebelum UN, Wina bersama kakak kandungnya sempat mengadu ke Dinas Pendidikan Kota Bekasi mengeluhkan atas tindakan yang dilakukan pihak sekolah hanya sepihak. Di mana Wina belum diberikan kartu ujian, sementara teman-temannya yang lain sudah menerima.
  Ketika itu, pihak Dinas Pendidikan Kota  Bekasi berjanji akan memediasi masalah ini agar semuanya beres. Namun  malah peristiwa yang tidak disangka-sangka pihak sekolah mengeluarkan  surat DO. “Di dalam surat itu, dibuat tanggal 22 Maret 2012, tapi malah  diberikan surat itu saat hari pertama UN,” keluhnya
  Sementara itu, Orangtua Wina, Yati  menuturkan, dirinya merasa kecewa dan sedih dengan apa yang menimpa  anaknya. Wina yang pergi ke Bekasi dengan jalur beasiswa karena orangnya  pintar. Selama di SMPN 5 Kota Sukabumi, anak keempat dari lima  bersaudara itu selalu berprestasi. Menurut Yati semua yang dilakukan  pihak sekolah tidak adil dan ia hanya menuntut keadilan. Ia berharap  Walikota Sukabumi bisa membantu anaknya agar bisa mengikuti UN susulan.  “Saya berharap anak saya ikut UN dan lulus SMA, karena Wina pintar di  sekolah bahkan selalu masuk tiga besar,” harapnya.(*)
http://masuta-fenesia.blogspot.com/2012/04/gara-gara-tolak-cinta-kepsek-siswi.html