KABUL - Kelompok militan Taliban tak henti-hentinya mengatur cara baru dalam melakukan perlawanan terhadap pasukan koalisi asing di Afghanistan. Mereka dikabarkan melatih bocah berusia lima tahun menjadi martir untuk Al Qaeda.
Wajah bocah polos di Afghanistan, yang tidak mengerti arti sesungguhnya perpolitikan dunia, berubah menjadi sangar saat mereka memegang senapan buru sergap AK-47. Mereka diyakini dilatih untuk maju ke medan perang, bahkan disaat dirinya belum terlalu kuat memegang senjata. Demikian diberitakan Daily Mail, Senin (11/7/2011).
Bocah dijadikan pasukan terorTaliban (Foto: Daily Mail)
Dalam rekaman video yang diperoleh oleh Pasukan Inggris yang bertugas di Afghanistan, tampak bocah yang sebagian besar berusia lima tahun sedang latihan tembak dengan sasaran tembak tidak jauh dari mereka.
Mengejutkan melihat bocah yang seharusnya bermain dengan teman-temannya, justru berlatih untuk menjadi martir di sebuah kamp rahasia milik kelompok jaringan teroris Al Qaeda. Selain dilatih menembak, mereka juga dilatih untuk meledakan bangunan dengan bom serta merakit bom pinggir jalan.
Seorang komandan pasukan ini mengatakan bahwa Taliban makin deras merekrut anak kecil sebagai pelaku bom bunuh diri. Anak-anak ini juga sering dijadikan tameng hidup saat pertempuran terjadi antara Taliban dengan pasukan koalisi asing dan pasukan keamanan Afghanistan.
Militan Taliban melatih ratusan anak-anak ini menjadi pembunuh. Mereka pun menjalani pelatihan intensif di Waziristan Utara, Pakistan sebelum akhirnya dikirim ke perbatasan Afghanistan, untuk menghadapi pasukan koalisi.
Sebagian besar anak-anak ini berasal dari etnis Uighur China, yang lari dari Negeri Tirai Bambu tersebut untuk menetap di Pakistan dan Afghanistan.
Perekrutan pasukan anak-anak bukanlah hal baru dilakukan oleh Taliban. Sebelumnya Intelijen Afghanistan membeberkan kesaksian seorang anak laki-laki mengenai apa yang didoktrinkan Taliban kepadanya. Bocah itu mengaku bahwa dirinya akan menjadi pelaku bom bubuh diri.
Para pejabat intelijen Afghanistan mengatakan Taliban telah mengubah target sasaran mereka menjadi anak laki-laki muda, karena mereka lebih mudah didoktrin daripada orang dewasa. Para bocah juga lebih mudah percaya apa yang anggota Taliban katakan.
Namun, Taliban menyangkal tuduhan itu. Juru bicara Taliban Qari Yousef Ahmadi mengatakan, jika menggunakan anak-anak di bawah usia dan mereka tinggal di pusat-pusat militer, maka itu termasuk dalam pelanggaran kode etik.
Bulan lalu, seorang gadis kecil berusia delapan tahun tewas akibat bom di dalam tas yang dibawanya meledak. bocah perempuan tersebut sengaja dijadikan kurir oleh kelompok pria yang diduga anggota militan Taliban.
Saat itu, bocah tersebut bermaksud memberikan tas berisi bom itu ke polisi di Uruzgan, Afghanistan. Namun, upaya penyerangan itu gagal menewaskan para anggota kepolisian yang menjadi target. Alhasil, hanya bocah perempuan malang tersebut yang tewas akibat bom yang dia bawa.
Wajah bocah polos di Afghanistan, yang tidak mengerti arti sesungguhnya perpolitikan dunia, berubah menjadi sangar saat mereka memegang senapan buru sergap AK-47. Mereka diyakini dilatih untuk maju ke medan perang, bahkan disaat dirinya belum terlalu kuat memegang senjata. Demikian diberitakan Daily Mail, Senin (11/7/2011).
Bocah dijadikan pasukan terorTaliban (Foto: Daily Mail)
Dalam rekaman video yang diperoleh oleh Pasukan Inggris yang bertugas di Afghanistan, tampak bocah yang sebagian besar berusia lima tahun sedang latihan tembak dengan sasaran tembak tidak jauh dari mereka.
Mengejutkan melihat bocah yang seharusnya bermain dengan teman-temannya, justru berlatih untuk menjadi martir di sebuah kamp rahasia milik kelompok jaringan teroris Al Qaeda. Selain dilatih menembak, mereka juga dilatih untuk meledakan bangunan dengan bom serta merakit bom pinggir jalan.
Seorang komandan pasukan ini mengatakan bahwa Taliban makin deras merekrut anak kecil sebagai pelaku bom bunuh diri. Anak-anak ini juga sering dijadikan tameng hidup saat pertempuran terjadi antara Taliban dengan pasukan koalisi asing dan pasukan keamanan Afghanistan.
Militan Taliban melatih ratusan anak-anak ini menjadi pembunuh. Mereka pun menjalani pelatihan intensif di Waziristan Utara, Pakistan sebelum akhirnya dikirim ke perbatasan Afghanistan, untuk menghadapi pasukan koalisi.
Sebagian besar anak-anak ini berasal dari etnis Uighur China, yang lari dari Negeri Tirai Bambu tersebut untuk menetap di Pakistan dan Afghanistan.
Perekrutan pasukan anak-anak bukanlah hal baru dilakukan oleh Taliban. Sebelumnya Intelijen Afghanistan membeberkan kesaksian seorang anak laki-laki mengenai apa yang didoktrinkan Taliban kepadanya. Bocah itu mengaku bahwa dirinya akan menjadi pelaku bom bubuh diri.
Para pejabat intelijen Afghanistan mengatakan Taliban telah mengubah target sasaran mereka menjadi anak laki-laki muda, karena mereka lebih mudah didoktrin daripada orang dewasa. Para bocah juga lebih mudah percaya apa yang anggota Taliban katakan.
Namun, Taliban menyangkal tuduhan itu. Juru bicara Taliban Qari Yousef Ahmadi mengatakan, jika menggunakan anak-anak di bawah usia dan mereka tinggal di pusat-pusat militer, maka itu termasuk dalam pelanggaran kode etik.
Bulan lalu, seorang gadis kecil berusia delapan tahun tewas akibat bom di dalam tas yang dibawanya meledak. bocah perempuan tersebut sengaja dijadikan kurir oleh kelompok pria yang diduga anggota militan Taliban.
Saat itu, bocah tersebut bermaksud memberikan tas berisi bom itu ke polisi di Uruzgan, Afghanistan. Namun, upaya penyerangan itu gagal menewaskan para anggota kepolisian yang menjadi target. Alhasil, hanya bocah perempuan malang tersebut yang tewas akibat bom yang dia bawa.