Janice Tunnicliffe, 55, tidak dapat menyalakan lampu, menonton televisi, mendengarkan radio, atau merebus air di ketel untuk membuat teh. Tubuhnya akan kesakitan setiap kali berdekatan dengan perangkat yang memancarkan medan elektromagnetik.
Janice Tunnicliffe
Tunnicliffe mengidap kondisi langka yang disebut electrosensitivity. Tubuhnya akan menunjukkan reaksi berlebihan saat terpapar gelombang elektromagnetik, yang dilepaskan peralatan listrik.
Ia yakin semua itu kondisi itu merupakan efek kemoterapi yang dijalaninya selama tiga tahun terakhir. Ia menjalani kemoterapi demi sembuh dari kanker usus yang menggerogoti tubuhnya.
Rumahnya selalu gelap. Televisi, kulkas, komputer, dan ponselnya pun tak pernah terkoneksi dengan listrik. Tak ada benda listrik di rumah yang ia fungsikan. Ia bahkan membuat sejumlah tetangga harus menghentikan jaringan internet nirkable atau wifi.
“Wifi membuat saya merasa memiliki penjepit di belakang kepala yang menarik paksa kehidupan saya,” ucapnya seperti dikutip oleh laman Daily Mail.
Tunnicliffe selalu menghabiskan malam bermain scrabble dalam remang cahaya lilin. Memaksakan diri hidup di sekitar benda yang memancarkan elektromagnetik hanya akan membuatnya sakit kepala, nyeri dada, mual, dan kesemutan di lengan dan kaki.
Selain ‘membunuh’ semua peralatan listrik di rumahnya, ia harus menutup seluruh ventilasi di rumahnya dengan isolasi logam. Ini untuk menangkis hantaran gelombang elektromagnetik dari lingkungan di sekitar rumahnya di Desa Wellow, Nottinghamshire.
Bersama suaminya, Carl, ia pun sering menghabiskan akhir pekan dengan berkemah di pedesaan demi mengistirahatkan tubuhnya dari sakit akibat sinyal-sinyal listrik yang masih menembus rumahnya.
Tunnicliffe mengetahui penyakitnya setelah Carl melakukan penelusuran di internet. Terbukti, setelah mengurangi paparan perangkat listrik di rumahnya sakitnya berkurang. Mereka belajar mengatur kondisi ini sehingga tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit swasta spesial elektro-sensitivitas.
Pemerintah Swedia dan Swiss percaya kondisi ini. Tetapi, UK Health Protection Agency mengatakan bahwa para peneliti gagal dalam mengembangkan hubungan antara gelombang elektromagnetik dan penyakit. Banyak dokter bahkan percaya bahwa kondisi seperti yang dialami Tunnicliffe hanya sebuah psikosomatis.
Graham Lamburn, dari Powerwatch, sebuah organisasi yang meneliti efek medan elektromagnetik, mengatakan tiga sampai empat persen dari populasi melaporkan sensitivitas terhadap electrosensitivity. “Kasus semacam ini jarang, tetapi ada beberapa orang yang harus melepaskan rumah dan pekerjaan karena electrosensitivity.”
http://www.todaypos.com/wanita-ini-alergi-peralatan-listrik.html
Janice Tunnicliffe
Tunnicliffe mengidap kondisi langka yang disebut electrosensitivity. Tubuhnya akan menunjukkan reaksi berlebihan saat terpapar gelombang elektromagnetik, yang dilepaskan peralatan listrik.
Ia yakin semua itu kondisi itu merupakan efek kemoterapi yang dijalaninya selama tiga tahun terakhir. Ia menjalani kemoterapi demi sembuh dari kanker usus yang menggerogoti tubuhnya.
Rumahnya selalu gelap. Televisi, kulkas, komputer, dan ponselnya pun tak pernah terkoneksi dengan listrik. Tak ada benda listrik di rumah yang ia fungsikan. Ia bahkan membuat sejumlah tetangga harus menghentikan jaringan internet nirkable atau wifi.
“Wifi membuat saya merasa memiliki penjepit di belakang kepala yang menarik paksa kehidupan saya,” ucapnya seperti dikutip oleh laman Daily Mail.
Tunnicliffe selalu menghabiskan malam bermain scrabble dalam remang cahaya lilin. Memaksakan diri hidup di sekitar benda yang memancarkan elektromagnetik hanya akan membuatnya sakit kepala, nyeri dada, mual, dan kesemutan di lengan dan kaki.
Selain ‘membunuh’ semua peralatan listrik di rumahnya, ia harus menutup seluruh ventilasi di rumahnya dengan isolasi logam. Ini untuk menangkis hantaran gelombang elektromagnetik dari lingkungan di sekitar rumahnya di Desa Wellow, Nottinghamshire.
Bersama suaminya, Carl, ia pun sering menghabiskan akhir pekan dengan berkemah di pedesaan demi mengistirahatkan tubuhnya dari sakit akibat sinyal-sinyal listrik yang masih menembus rumahnya.
Tunnicliffe mengetahui penyakitnya setelah Carl melakukan penelusuran di internet. Terbukti, setelah mengurangi paparan perangkat listrik di rumahnya sakitnya berkurang. Mereka belajar mengatur kondisi ini sehingga tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit swasta spesial elektro-sensitivitas.
Pemerintah Swedia dan Swiss percaya kondisi ini. Tetapi, UK Health Protection Agency mengatakan bahwa para peneliti gagal dalam mengembangkan hubungan antara gelombang elektromagnetik dan penyakit. Banyak dokter bahkan percaya bahwa kondisi seperti yang dialami Tunnicliffe hanya sebuah psikosomatis.
Graham Lamburn, dari Powerwatch, sebuah organisasi yang meneliti efek medan elektromagnetik, mengatakan tiga sampai empat persen dari populasi melaporkan sensitivitas terhadap electrosensitivity. “Kasus semacam ini jarang, tetapi ada beberapa orang yang harus melepaskan rumah dan pekerjaan karena electrosensitivity.”
http://www.todaypos.com/wanita-ini-alergi-peralatan-listrik.html