Curah hujan yang tinggi di wilayah Kabupaten Lumajang selama Lebaran ini, mengundang sejumlah masyarakat Kota Pisang melakukan ritual unik. Ritual ini, dilakukan dengan cara lama yang dipercaya bisa ’menyarang’ (mencegah, red) turunnya hujan dengan tradisi kuno.
Seperti yang dilakukan SASHA ASMARA (21) warga Perumahan Kodim 0821 Lumajang, di kawasan Rowobujel ini. Meski mahasiswi ini tidak mempercayai hal-hal kuno seperti itu, namun setelah dirinya mendengar ritual ini cukup ampuh, ia berusaha mencobanya.
Saya cukup terusik setelah beberapa hari menjelang Lebaran di Lumajang turun hujan deras. Apalagi, banyak kejadian tanah longsor di jalur selatan yang menghubungkan wilayah Malang,”ungkap SASHA ketika ditemui DIDI reporter Sentral FM Lumajang.
Didorong rasa keingintahuan apakah ritual itu ampuh atau tidak, SASHA mencobanya, Sabtu (11/09). Bahkan, sejak pagi ia telah mempersiapkan sarana ritual ’penyarang’ hujan seorang diri.
Yang dipersiapkan sapu ijuk dengan dua bumbu dapur yang menjadi syarat utama ritual ini. Yakni, bawang merah dan cabe hijau. Ketika ditanya Sentral FM, dari mana ia mengetahui ritual itu, SASHA menyebutkan jika dirinya tahu dari tetangga.
”Pernah saya berbincang dengan seorang tetangganya yang bernama Pak RI. Kalau ada hajatan dan terus hujan, bisa dilakukan ritual itu. Jadi, nggak usah mendatangkan dukun atau lainnya. Tetangga menyakinkan, jika ritual itu cukup ampuh. Makanya saya iseng-iseng mau mencoba. Apalagi, kalau Lebaran hujan terus kan tidak asyik, tidak bisa jalan-jalan,” ungkap SASHA.
Dengan niat sekadar mencoba, SASHA mempersiapkan sarana itu di rumahnya. Sapu ijuk diberdirikan secara terbalik di halaman dan bawang merah serta cabe hijau, ia tancapkan ke lidinya.
Entah ritual itu memang ampuh ataukah tidak, namun yang jelas sejak matahari mulai muncul, cuaca di Lumajang terus dipayungi mendung. Namun, beranjak cerak pada pukul 08.00 WIB. (her/tin)
Teks foto :
- Sapu ijuk diberdirikan secara terbalik dengan ditancapkan bawang merah dan cabe untuk antisipasi hujan. Ritual Cara mencegah Hujan
source: http://jaringradio.suarasurabaya.net/?id=12fc40d677fbf3d75d279c0041be9ad8201082225
Seperti yang dilakukan SASHA ASMARA (21) warga Perumahan Kodim 0821 Lumajang, di kawasan Rowobujel ini. Meski mahasiswi ini tidak mempercayai hal-hal kuno seperti itu, namun setelah dirinya mendengar ritual ini cukup ampuh, ia berusaha mencobanya.
Saya cukup terusik setelah beberapa hari menjelang Lebaran di Lumajang turun hujan deras. Apalagi, banyak kejadian tanah longsor di jalur selatan yang menghubungkan wilayah Malang,”ungkap SASHA ketika ditemui DIDI reporter Sentral FM Lumajang.
Didorong rasa keingintahuan apakah ritual itu ampuh atau tidak, SASHA mencobanya, Sabtu (11/09). Bahkan, sejak pagi ia telah mempersiapkan sarana ritual ’penyarang’ hujan seorang diri.
Yang dipersiapkan sapu ijuk dengan dua bumbu dapur yang menjadi syarat utama ritual ini. Yakni, bawang merah dan cabe hijau. Ketika ditanya Sentral FM, dari mana ia mengetahui ritual itu, SASHA menyebutkan jika dirinya tahu dari tetangga.
”Pernah saya berbincang dengan seorang tetangganya yang bernama Pak RI. Kalau ada hajatan dan terus hujan, bisa dilakukan ritual itu. Jadi, nggak usah mendatangkan dukun atau lainnya. Tetangga menyakinkan, jika ritual itu cukup ampuh. Makanya saya iseng-iseng mau mencoba. Apalagi, kalau Lebaran hujan terus kan tidak asyik, tidak bisa jalan-jalan,” ungkap SASHA.
Dengan niat sekadar mencoba, SASHA mempersiapkan sarana itu di rumahnya. Sapu ijuk diberdirikan secara terbalik di halaman dan bawang merah serta cabe hijau, ia tancapkan ke lidinya.
Entah ritual itu memang ampuh ataukah tidak, namun yang jelas sejak matahari mulai muncul, cuaca di Lumajang terus dipayungi mendung. Namun, beranjak cerak pada pukul 08.00 WIB. (her/tin)
Teks foto :
- Sapu ijuk diberdirikan secara terbalik dengan ditancapkan bawang merah dan cabe untuk antisipasi hujan. Ritual Cara mencegah Hujan
source: http://jaringradio.suarasurabaya.net/?id=12fc40d677fbf3d75d279c0041be9ad8201082225