Metode rekomendasi milik Google diselidiki pihak berwenang Texas.
Google dinilai melakukan manipulasi hasil pencarian internet untuk meminimalisir persaingan.
Pihak penyelidik membuka kembali kasus Google setelah menemukan bukti baru.
Google dinilai melakukan manipulasi hasil pencarian internet untuk meminimalisir persaingan.
Pihak penyelidik membuka kembali kasus Google setelah menemukan bukti baru.
Sejak dimulai 12 tahun lalu di Silicon Valley, Google menjadi salah satu pebisnis paling berpengaruh mengingat pendapatan tahunan mereka mencapai US$30 miliar (Rp 273 triliun).
Juru bicara Kejaksaan Agung Texas Greg Abbott mengakui adanya penyelidikan itu, namun menolak memberikan komentar lebih lanjut.
Penyelidikan tersebut diperkirakan fokus pada kemungkinan Google melakukan manipulasi pada hasil pencarian internet mereka untuk meminimalisir persaingan.
Urutan tertinggi pada mesin pencari mungkin mempopulerkan situs karena mesin pencari Google memproses sekitar dua pertiga permintaan pencarian di AS. Jumlah ini bahkan lebih tinggi di beberapa bagian dunia.
Oleh karena itu, dominasi peringkat situs pada halaman pertama hasil Google mungkin akan menarik lebih banyak lalu lintas dan menghasilkan pendapatan lebih, baik dari iklan atau penjualan barang dagangan.
Di sisi lain, regulator Eropa sudah melakukan menyelidiki soal keluhan bahwa Google telah mendukung layanan milik mereka sendiri, bukan hasil situs saingan mereka.
Beberapa gugatan yang didaftarkan di AS juga menuduh rumus pencarian Google adalah bias.
Di sisi lain, Google percaya bahwa Abbott adalah yang pertama membuka penyelidikan soal monopoli perdagangan ini.
“Kami tertarik untuk menjawab pertanyaan Abbott karena kami yakin bahwa Google bekerja dengan cara terbaik bagi para pengguna,” kata Don Harrison, wakil penasihat umum Google.
source: suaramedia.com