Banyak pria atau wanita yang ingin tahu lebih dalam tentang penis, tapi takut untuk bertanya. Ini karena hal tersebut masih dianggap tabu dan tidak pantas untuk dibicarakan.
1. Penis tidak memiliki pikiran sendiri
Para pria mungkin sering memperhatikan penisnya mengalami ereksi dengan sendirinya. Bahkan, hal itu bisa saja terjadi di tempat-tempat yang seharusnya tidak pantas, tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak tentang hal ini.
Memang benar, pria tidak bisa mengendalikan penis seperti bagian tubuh lain yaitu lengan dan kaki. Hal ini karena penis dikendalikan oleh sistem saraf yang tidak selalu di bawah kendali kesadaran, yaitu sistem saraf otonom, yang juga mengatur denyut jantung dan tekanan darah.
Gairah seksual biasanya tidak terjadi begitu saja, pikiran sadar terlibat di dalamnya. Tapi banyak gairah seksual terjadi dalam sistem saraf simpatetik.
Selain itu, impuls di otak selama tidur bisa menyebabkan ereksi. Mengangkat beban berat atau tekanan yang menyebabkan pergerakan usus juga bisa menimbulkan ereksi.
Faktor psikologis seperti stres juga berperan dalam sistem saraf simpatetik. Stres dan kecemasan adalah penyebab utama hilangnya libido dan masalah dengan ereksi. "Penis adalah barometer dari sistem saraf simpatetik," kata Drogo Montague, MD, ahli urologi di Cleveland Clinic.
2. Penis bisa mengalami perpanjangan atau tetap saat ereksi
Di antara para pria, tidak ada hubungan yang konsisten antara ukuran penis saat rileks dan saat ereksi.
Dalam sebuah penelitian terhadap 80 pria, peneliti menemukan bahwa peningkatan ukuran penis saat rileks ke ereksi sangat bervariasi, mulai kurang dari 0,6 cm hingga 8,89 cm.
Apa pun makna data klinis tersebut, tidak dapat diasumsikan bahwa orang dengan penis besar akan jauh lebih besar ketika ereksi, karena bisa jadi pria yang penisnya terlihat kecil justru akan mengejutkan dengan ereksi yang besar.
Sebuah analisis lebih dari ratusan pengukuran yang dilakukan oleh peneliti seks Alfred Kinsey, menunjukkan bahwa penis yang pendek ketika rileks cenderung mengalami perpanjangan dua kali lipat ketika ereksi.
3. Penis sebenarnya berbentuk seperti bumerang
Penis sebenarnya berbentuk seperti bumerang. Sama halnya ketika melihat pohon di tanah, kita tidak bisa melihat akar penis yang tersembunyi di dalam pelvis dan menempel pada tulang kemaluan.
Jika dilihat dari gambar MRI, maka bentuk penis akan terlihat seperti bumerang.
Salah satu metode operasi pembesaran penis adalah untuk memotong ligamen yang memegang akar penis di dalam pelvis. Operasi ini dapat memberikan panjang tambahan jika penis lebih menonjol dari tubuh, tetapi ada efek samping.
Ligamen ini, yang disebut ligamen suspensorium, membuat ereksi menjadi kokoh. Dengan pemotongan ligamen berarti penis kehilangan arah sudut ke atas dan bergoyang di pangkalan. Kurangnya kekokohan dapat mengakibatkan cedera.
4. Penis bisa patah
Tidak terdapat tulang pada penis, tapi penis juga bisa patah. Hal ini yang disebut fraktur penis, dan bukan merupakan cedera ringan.
Bila ini terjadi akan terdengar suara sentakan, dan kemudian penis berubah menjadi hitam dan biru, disertai rasa sakit yang mengerikan. Fraktur penis terbilang langka, dan biasanya terjadi pada pria muda karena ereksi mereka cenderung sangat kaku.
Cara mencegah fraktur penis adalah tidak memperlakukannya terlalu kasar. Fraktur penis bisa terjadi ketika pria terlalu keras dan cepat selama berhubungan seks, sehingga menabrak tulang kemaluan pasangannya. Selain itu, wanita yang bergerak liar saat berhubungan seks juga dapat mematahkan penis pria.
Namun, sindrom Peyronie atau penis bengkok merupakan kondisi yang cenderung muncul lebih relevan pada pria tua. Ereksi pada pria tua mungkin tidak kaku, tapi masih cukup keras untuk melakukan hubungan seks. Seiring waktu, jika penis terlalu membentuk sudut dengan cara tertentu saat berhubungan seks, dapat membentuk jaringan parut yang menyebabkan penis bengkok.
5. Kebanyakan penis pria di dunia belum disunat
Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) memperkirakan hanya 30 persen pria berusia 15 tahun ke atas yang telah disunat.
Hal ini sangat bervariasi tergantung agama dan bangsa. Hampir semua orang Yahudi dan Muslim di dunia telah disunat, dan mereka mewakili 70 persen dari semua pria di dunia yang telah disunat.
Amerika Serikat memiliki proporsi tertinggi pria disunat karena alasan non-religius. Sekitar 75 persen pria non-Yahudi dan non-Muslim di AS telah disunat. Kanada hanya 30 persen, Inggris 20 persen dan Australia 6 persen.
Praktik menyunat bayi laki-laki karena alasan medis dan kosmetik telah menjadi kontroversial di Amerika Serikat. Namun, baru-baru ini WHO dan UNAIDS merekomendasikan sunat bagi pria dewasa. Karena berdasarkan bukti, bahwa pria dengan penis yang disunat memiliki risiko lebih rendah terinfeksi HIV.
source: http://semut-angkrang.blogspot.com/2010/04/inilah-rahasia-di-balik-kelamin-pria.html
Para pria mungkin sering memperhatikan penisnya mengalami ereksi dengan sendirinya. Bahkan, hal itu bisa saja terjadi di tempat-tempat yang seharusnya tidak pantas, tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak tentang hal ini.
Memang benar, pria tidak bisa mengendalikan penis seperti bagian tubuh lain yaitu lengan dan kaki. Hal ini karena penis dikendalikan oleh sistem saraf yang tidak selalu di bawah kendali kesadaran, yaitu sistem saraf otonom, yang juga mengatur denyut jantung dan tekanan darah.
Gairah seksual biasanya tidak terjadi begitu saja, pikiran sadar terlibat di dalamnya. Tapi banyak gairah seksual terjadi dalam sistem saraf simpatetik.
Selain itu, impuls di otak selama tidur bisa menyebabkan ereksi. Mengangkat beban berat atau tekanan yang menyebabkan pergerakan usus juga bisa menimbulkan ereksi.
Faktor psikologis seperti stres juga berperan dalam sistem saraf simpatetik. Stres dan kecemasan adalah penyebab utama hilangnya libido dan masalah dengan ereksi. "Penis adalah barometer dari sistem saraf simpatetik," kata Drogo Montague, MD, ahli urologi di Cleveland Clinic.
2. Penis bisa mengalami perpanjangan atau tetap saat ereksi
Di antara para pria, tidak ada hubungan yang konsisten antara ukuran penis saat rileks dan saat ereksi.
Dalam sebuah penelitian terhadap 80 pria, peneliti menemukan bahwa peningkatan ukuran penis saat rileks ke ereksi sangat bervariasi, mulai kurang dari 0,6 cm hingga 8,89 cm.
Apa pun makna data klinis tersebut, tidak dapat diasumsikan bahwa orang dengan penis besar akan jauh lebih besar ketika ereksi, karena bisa jadi pria yang penisnya terlihat kecil justru akan mengejutkan dengan ereksi yang besar.
Sebuah analisis lebih dari ratusan pengukuran yang dilakukan oleh peneliti seks Alfred Kinsey, menunjukkan bahwa penis yang pendek ketika rileks cenderung mengalami perpanjangan dua kali lipat ketika ereksi.
3. Penis sebenarnya berbentuk seperti bumerang
Penis sebenarnya berbentuk seperti bumerang. Sama halnya ketika melihat pohon di tanah, kita tidak bisa melihat akar penis yang tersembunyi di dalam pelvis dan menempel pada tulang kemaluan.
Jika dilihat dari gambar MRI, maka bentuk penis akan terlihat seperti bumerang.
Salah satu metode operasi pembesaran penis adalah untuk memotong ligamen yang memegang akar penis di dalam pelvis. Operasi ini dapat memberikan panjang tambahan jika penis lebih menonjol dari tubuh, tetapi ada efek samping.
Ligamen ini, yang disebut ligamen suspensorium, membuat ereksi menjadi kokoh. Dengan pemotongan ligamen berarti penis kehilangan arah sudut ke atas dan bergoyang di pangkalan. Kurangnya kekokohan dapat mengakibatkan cedera.
4. Penis bisa patah
Tidak terdapat tulang pada penis, tapi penis juga bisa patah. Hal ini yang disebut fraktur penis, dan bukan merupakan cedera ringan.
Bila ini terjadi akan terdengar suara sentakan, dan kemudian penis berubah menjadi hitam dan biru, disertai rasa sakit yang mengerikan. Fraktur penis terbilang langka, dan biasanya terjadi pada pria muda karena ereksi mereka cenderung sangat kaku.
Cara mencegah fraktur penis adalah tidak memperlakukannya terlalu kasar. Fraktur penis bisa terjadi ketika pria terlalu keras dan cepat selama berhubungan seks, sehingga menabrak tulang kemaluan pasangannya. Selain itu, wanita yang bergerak liar saat berhubungan seks juga dapat mematahkan penis pria.
Namun, sindrom Peyronie atau penis bengkok merupakan kondisi yang cenderung muncul lebih relevan pada pria tua. Ereksi pada pria tua mungkin tidak kaku, tapi masih cukup keras untuk melakukan hubungan seks. Seiring waktu, jika penis terlalu membentuk sudut dengan cara tertentu saat berhubungan seks, dapat membentuk jaringan parut yang menyebabkan penis bengkok.
5. Kebanyakan penis pria di dunia belum disunat
Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) memperkirakan hanya 30 persen pria berusia 15 tahun ke atas yang telah disunat.
Hal ini sangat bervariasi tergantung agama dan bangsa. Hampir semua orang Yahudi dan Muslim di dunia telah disunat, dan mereka mewakili 70 persen dari semua pria di dunia yang telah disunat.
Amerika Serikat memiliki proporsi tertinggi pria disunat karena alasan non-religius. Sekitar 75 persen pria non-Yahudi dan non-Muslim di AS telah disunat. Kanada hanya 30 persen, Inggris 20 persen dan Australia 6 persen.
Praktik menyunat bayi laki-laki karena alasan medis dan kosmetik telah menjadi kontroversial di Amerika Serikat. Namun, baru-baru ini WHO dan UNAIDS merekomendasikan sunat bagi pria dewasa. Karena berdasarkan bukti, bahwa pria dengan penis yang disunat memiliki risiko lebih rendah terinfeksi HIV.
source: http://semut-angkrang.blogspot.com/2010/04/inilah-rahasia-di-balik-kelamin-pria.html