Kongres Geothermal Dunia 2010 menghasilkan Deklarasi Bali yang berisi kesepakatan untuk menggunakan panas bumi sebagai upaya pengurangan emisi karbon. Deklarasi tersebut dibacakan dalam penutupan kongres yang diikuti 80 negara di Bali Convention Center, Nusa Dua, Jumat (30/4).
Deklarasi Bali menyatakan, sumber daya alam tidak boleh hanya dianggap sebagai warisan nenek moyang saja tetap juga dipercayakan dan diwariskan untuk anak cucu. “Tanpa energi, industri tidak akan berjalan, produksi pangan akan bermasalah, pengangguran akan terus menjadi masalah utama dan pelayanan kesehatan akan sangat terbatas,” demikian bunyi deklarasi itu.
Energi panas bumi, yang merupakan energi alami, berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi karbon yang memicu pemanasan global. “Penggunaan energi panas bumi akan secara signifikan mengurangi pemanasan global,” kata Surya Darma, President of Indonesia Geothermal Association. Menurut dia, negara-negara dunia yang hadir dalam konggres ini sepakat untuk menggunakan energi panas bumi di masa mendatang.
Salah satu poin deklarasi tersebut menyatakan, energi panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang mampu menghasilkan energi dengan ketersediaan lebih tinggi daripada sumber energi yang berasal dari fosil atau energi nuklir. Hambatan dari pengembangan energi panas bumi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, pembiayaan, hukum dan kebijakan negara.
Deklarasi ini mengajak semua pembuat kebijakan, politisi dan pemimpin dunia, baik di negara berkembang atau negara maju, untuk menciptakan iklim politik yang baik guna pembangunan energi panas bumi ke depannya.
Ladislauch Rybach, President International Geothermal Association menilai banyaknya makalah yang dipresentasikan dalam kongres menunjukkan kemajuan teknologi dalam penggunaan energi panas bumi.
Penggunaan energI panas bumi diharapkan mampu mewujudkan lingkungan yang sehat, damai dan berkelanjutan dengan menghindari emisi karbondioksida. Kongres Geotermal berikutnya akan diselenggarakan di Australia dan Selandia Baru pada 2015.
source: tempointeraktif