Phoebe Prince |
Kasus bunuh diri Phoebe Prince, siswa sekolah menengah atas di Massachusetts, Amerika Serikat, belum lama ini akibat pelecehan atau bullying oleh teman sekolah mengejutkan dan mengundang banyak pertanyaan publik Amerika Serikat. Apa penyebab anak remaja asal Irlandia bisa bertindak nekat seperti itu?
Rene Veenstra, sosiolog dari Universitas Groningen di Belanda, mengatakan penelitian tentang bullying baru pertama kali dilakukan oleh psikolog Dan Olweus di sekolah Norwegia, pada era 70-an. Bahkan, banyak penelitian dipicu oleh kasus bunuh diri anak remaja akibat kekerasan verbal. Sejak saat itu beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan status, ras antara penganiaya dan korban menjadi komponen penting dalam kasus ini.
Pelaku pelecehan biasanya mencari rasa kekaguman dari temannya, status bahkan dominasi kekuasaan. Bullying dilakukan dalam jangka panjang dan tidak diinginkan korban dan serta tak terjadi interaksi sosial sama sekali. Sekalipun berperilaku agresif, pengganggu juga menginginkan dan memberikan kasih sayang, terutama dari sesama anggota kelompok.
Peneliti lain juga menemukan bukti bahwa anak yang canggung berinteraksi sosial, lebih rentan mengalami gertakan. Sementara, Profesor Young Shin Kim dari Pusat Studi Anak di Universitas Yale, Connecticut, AS, mengakui penyebab bullying tidak dilakukan secara sistemik, namun lebih kepada motivasi dalam berperilaku yang dikaitkan dengan "kelaziman" budaya di lingkungan tersebut. Seperti halnya penelitian baru menyebutkan remaja gay dan lesbian mendapatkan intimidasi dua sampai tiga kali lebih dari teman-teman normal atau heteroseksual.
source: http://klipberita.com/klip-iptek/8014-penyebab-anak-nekat-bunuh-diri-setelah-dilecehkan.html