Binatang yang satu ini kerap kali jadikan tokoh kartun yang lucu. Perawakan kecil serta warnanya yang hitam-putih membuat kelompok burung ini disenangi banyak orang. Sayang, perubahan iklim membuat pola migrasi beberapa jenis penguin terganggu.
Seperti halnya jenis burung lain, penguin juga biasa bermigrasi pada musim-musim tertentu. Kegiatan bermigrasi itu penting mereka lakukan untuk bertahan hidup. Pasalnya, perubahan iklim di tempat asal mereka membuat ketersediaan makanan berkurang.
Berkurangnya pasokan makanan pada musim dingin membuat beberapa jenis burung kelaparan. Selain alasan mencari makanan, kegiatan bermigrasi dilakukan untuk keperluan berkembang biak. Untuk menetaskan telur dan membesarkan anak-anak yang baru lahir, burung-burung itu memerlukan lingkungan dengan suhu udara yang lebih hangat.
Kegiatan migrasi dilakukan oleh hampir semua jenis burung yang tinggal di daerah kutub, termasuk penguin makaroni. Populasi penguin makaroni paling banyak dibandingkan dengan jenis penguin lain. Hasil penelitian yang diterbitkan Journal of the Royal Society, Inggris, mengabarkan penguin makaroni yang bermukim di Kutub Selatan memiliki pola migrasi yang menarik perhatian para peneliti.
Para peneliti memasang semacam peralatan yang bisa merekam pergerakan penguin yang memiliki jambul di kepalanya itu. Dari pengamatan selama musim migrasi diketahui penguin makaroni memiliki waktu tempuh yang agak �aneh�. Pasalnya, hasil pengamatan menunjukkan penguin makaroni yang bermigrasi � terutama untuk keperluan berkembang biak � ke Kerguelen menempuh jarak dan waktu yang berubah-ubah. Kerguelen adalah sebuah pulau di sebelah selatan Samudera Hindia.
Diketahui jarak yang ditempuh penguin makaroni selama enam bulan migrasi rata-rata 10.430 kilometer atau sekitar 8.930 mil. Keanehan ditemui pada pekan-pekan terakhir migrasi, penguin makaroni mampu menempuh jarak 1.743 kilometer (1.108 mil) hanya dalam waktu satu bulan.
Jarak serta waktu tempuh yang tergolong cepat itu mendorong para peneliti melakukan tes darah pada penguin makaroni yang selesai bermigrasi. Dari tes itu diketahui penguin makaroni mengonsumsi sejenis crustacean saat mereka melintasi lautan. Pengamatan lebih lanjut memaparkan fakta setelah bermigrasi hewan berjambul itu menyebar.
Meski begitu, persebaran populasi penguin makaroni masih dalam wilayah yang tidak terlalu jauh, yakni pada daerah di antara 47 derajat Lintang Selatan sampai 49 derajat Lintang Utara. �Pengamatan ini penting dilakukan untuk mengetahui kunci pemberian makanan kepada anak-anak penguin makaroni yang baru lahir di Antartika Samudera Hindia. Hal itulah yang membantu kami dalam hal konservasi,� ujar Charles Andre Bost selaku pimpinan peneliti.
Populasi Berkurang
Studi atau pengamatan terhadap pola migrasi dan perkembangbiakan penguin makaroni menjadi penting karena jumlah populasi hewan-hewan itu yang semakin berkurang. Meski jumlah populasi penguin makaroni paling besar, jumlahnya terus berkurang dalam dua dekade belakangan.
Perubahan iklim merupakan salah satu penyebab berkurangnya populasi penguin makaroni. Menghangatnya suhu permukaan laut membuat luasan wilayah tempat hidup penguin makaroni menyusut. Hal itu akhirnya memengaruhi kemampuan mereka dalam mencari makanan. Keberadaan penguin makaroni yang semakin berkurang jumlahnya menimbulkan kekhawatiran beberapa kelompok pemerhati binatang. Pasalnya, penguin makaroni memiliki karakteristik fisik yang agak berbeda dengan penguin lainnya. Jika dideskripsikan hal itu serupa dengan perbandingan antara badak bercula satu dengan badak bercula dua.
Perawakan penguin makaroni hampir sama dengan penguin royal, yakni memiliki corak bulu hitam dan putih. Kedua jenis hewan itu juga memiliki jambul di atas kepalanya yang bercorak kuning. Hal yang membedakan kedua jenis hewan itu adalah penguin makaroni memiliki corak hitam pekat di pipi dan di bawah dagu pada bagian tenggorokan, sedangkan penguin royal memiliki corak putih di bawah dagu.
Seperti kebanyakan penguin, penguin makaroni juga menempati wilayah Antartika atau Kutub Selatan. Persebaran penguin makaroni terbanyak adalah di Kepulauan Georgia Selatan, Crozet, Kerguelen, dan Heard and McDonald. Beberapa koloni juga ditemukan di pulau-pulau kecil di bagian selatan Amerika Selatan dan Afrika.
Seperti halnya jenis burung lain, penguin juga biasa bermigrasi pada musim-musim tertentu. Kegiatan bermigrasi itu penting mereka lakukan untuk bertahan hidup. Pasalnya, perubahan iklim di tempat asal mereka membuat ketersediaan makanan berkurang.
Berkurangnya pasokan makanan pada musim dingin membuat beberapa jenis burung kelaparan. Selain alasan mencari makanan, kegiatan bermigrasi dilakukan untuk keperluan berkembang biak. Untuk menetaskan telur dan membesarkan anak-anak yang baru lahir, burung-burung itu memerlukan lingkungan dengan suhu udara yang lebih hangat.
Kegiatan migrasi dilakukan oleh hampir semua jenis burung yang tinggal di daerah kutub, termasuk penguin makaroni. Populasi penguin makaroni paling banyak dibandingkan dengan jenis penguin lain. Hasil penelitian yang diterbitkan Journal of the Royal Society, Inggris, mengabarkan penguin makaroni yang bermukim di Kutub Selatan memiliki pola migrasi yang menarik perhatian para peneliti.
Para peneliti memasang semacam peralatan yang bisa merekam pergerakan penguin yang memiliki jambul di kepalanya itu. Dari pengamatan selama musim migrasi diketahui penguin makaroni memiliki waktu tempuh yang agak �aneh�. Pasalnya, hasil pengamatan menunjukkan penguin makaroni yang bermigrasi � terutama untuk keperluan berkembang biak � ke Kerguelen menempuh jarak dan waktu yang berubah-ubah. Kerguelen adalah sebuah pulau di sebelah selatan Samudera Hindia.
Diketahui jarak yang ditempuh penguin makaroni selama enam bulan migrasi rata-rata 10.430 kilometer atau sekitar 8.930 mil. Keanehan ditemui pada pekan-pekan terakhir migrasi, penguin makaroni mampu menempuh jarak 1.743 kilometer (1.108 mil) hanya dalam waktu satu bulan.
Jarak serta waktu tempuh yang tergolong cepat itu mendorong para peneliti melakukan tes darah pada penguin makaroni yang selesai bermigrasi. Dari tes itu diketahui penguin makaroni mengonsumsi sejenis crustacean saat mereka melintasi lautan. Pengamatan lebih lanjut memaparkan fakta setelah bermigrasi hewan berjambul itu menyebar.
Meski begitu, persebaran populasi penguin makaroni masih dalam wilayah yang tidak terlalu jauh, yakni pada daerah di antara 47 derajat Lintang Selatan sampai 49 derajat Lintang Utara. �Pengamatan ini penting dilakukan untuk mengetahui kunci pemberian makanan kepada anak-anak penguin makaroni yang baru lahir di Antartika Samudera Hindia. Hal itulah yang membantu kami dalam hal konservasi,� ujar Charles Andre Bost selaku pimpinan peneliti.
Populasi Berkurang
Studi atau pengamatan terhadap pola migrasi dan perkembangbiakan penguin makaroni menjadi penting karena jumlah populasi hewan-hewan itu yang semakin berkurang. Meski jumlah populasi penguin makaroni paling besar, jumlahnya terus berkurang dalam dua dekade belakangan.
Perubahan iklim merupakan salah satu penyebab berkurangnya populasi penguin makaroni. Menghangatnya suhu permukaan laut membuat luasan wilayah tempat hidup penguin makaroni menyusut. Hal itu akhirnya memengaruhi kemampuan mereka dalam mencari makanan. Keberadaan penguin makaroni yang semakin berkurang jumlahnya menimbulkan kekhawatiran beberapa kelompok pemerhati binatang. Pasalnya, penguin makaroni memiliki karakteristik fisik yang agak berbeda dengan penguin lainnya. Jika dideskripsikan hal itu serupa dengan perbandingan antara badak bercula satu dengan badak bercula dua.
Perawakan penguin makaroni hampir sama dengan penguin royal, yakni memiliki corak bulu hitam dan putih. Kedua jenis hewan itu juga memiliki jambul di atas kepalanya yang bercorak kuning. Hal yang membedakan kedua jenis hewan itu adalah penguin makaroni memiliki corak hitam pekat di pipi dan di bawah dagu pada bagian tenggorokan, sedangkan penguin royal memiliki corak putih di bawah dagu.
Seperti kebanyakan penguin, penguin makaroni juga menempati wilayah Antartika atau Kutub Selatan. Persebaran penguin makaroni terbanyak adalah di Kepulauan Georgia Selatan, Crozet, Kerguelen, dan Heard and McDonald. Beberapa koloni juga ditemukan di pulau-pulau kecil di bagian selatan Amerika Selatan dan Afrika.
Penguin makaroni memiliki postur tubuh yang sedang-sedang saja, tidak terlalu kecil atau terlalu besar untuk ukuran penguin. Tingginya mencapai sekitar 71 sentimeter dan beratnya 5 sampai 6 kilogram. Saat bertelur, penguin makaroni membuat sarang dengan menggali lubang dangkal di lumpur atau di antara batu-batu kerikil. Telur-telur yang dikeluarkan akan diletakkan di lubang-lubang itu. Induk betina maupun jantan akan bergantian mengerami telur-telur mereka selama 33 hingga 37 hari.
Setelah telur-telur penguin makaroni menetas, kedua induk akan memberi makanan anak-anaknya secara bergantian. Kedua induk pun menjaga anak-anaknya secara bergantian. Hal itu mereka lakukan karena predator penguin selalu siap menerkam anak-anak mereka yang masih ringkih. Masa pengasuhan itu akan berlangsung 60 hingga 70 hari setelah menetas. Setelah itu, anak-anak penguin makaroni mulai hidup dan mencari makanan sendiri.
source: http://mediakit.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=8463