Crocodylus Park, sebuah penangkaran buaya di Kota Darwin, Australia, berhasil memikat pengunjung dengan produk kulit, sampai kuliner sate atau burger buaya. Selain menjadikan waktu makan buaya sebagai salah satu atraksi, di Crocodylus Park ini para pengunjung juga bisa belajar tentang buaya, sekaligus menikmati dagingnya, yang diolah menjadi berbagai macam menu makanan, seperti burger buaya, sate buaya, dan lain-lain.
Menurut para peminat daging buaya, rasa daging buaya mirip campuran daging ayam dan kepiting. Bagi pengunjung yang ingin membeli oleh-oleh, di sini juga tersedia dalam berbagai potongan, bahkan dalam bentuk sate. Bisa dibeli mentah, atau dimakan di tempat, seperti misalnya dalam bentuk burger.
Giovanna Webb, pemilik Crocodylus Park mengatakan, selain dijadikan menu makanan, buaya hasil ternaknya juga digunakan untuk desain produk tas dan dompet, yang lalu dibuat pengrajin di Indonesia. Menurut Giovanna, beternak buaya sama saja dengan beternak hewan lain. Namun, karena orang terbiasa beternak ayam atau babi, sehingga merasa aneh jika ada yang beternak binatang buas. Di Australia, ada dua jenis buaya, yaitu yang hidup di air laut dan air tawar.
Buaya, reptil pemangsa, banyak ditemukan di sungai atau rawa-rawa Australia. Binatang ini sempat hampir punah, namun pemerintah Australia berupaya mengkonservasi, dan meningkatkan populasi mereka. Buaya paling banyak ditemukan di wilayah utara benua Australia, seperti di Darwin. Sepanjang alam terjaga kelestariannya, manusia pun dapat dengan bebas menyalurkan kreativitas. Sehingga manfaat tak hanya dirasakan manusia, alam pun juga merasakannya
source: http://www.metrogaya.com/headline/daging-buaya-diminati-di-australia
Menurut para peminat daging buaya, rasa daging buaya mirip campuran daging ayam dan kepiting. Bagi pengunjung yang ingin membeli oleh-oleh, di sini juga tersedia dalam berbagai potongan, bahkan dalam bentuk sate. Bisa dibeli mentah, atau dimakan di tempat, seperti misalnya dalam bentuk burger.
Giovanna Webb, pemilik Crocodylus Park mengatakan, selain dijadikan menu makanan, buaya hasil ternaknya juga digunakan untuk desain produk tas dan dompet, yang lalu dibuat pengrajin di Indonesia. Menurut Giovanna, beternak buaya sama saja dengan beternak hewan lain. Namun, karena orang terbiasa beternak ayam atau babi, sehingga merasa aneh jika ada yang beternak binatang buas. Di Australia, ada dua jenis buaya, yaitu yang hidup di air laut dan air tawar.
Buaya, reptil pemangsa, banyak ditemukan di sungai atau rawa-rawa Australia. Binatang ini sempat hampir punah, namun pemerintah Australia berupaya mengkonservasi, dan meningkatkan populasi mereka. Buaya paling banyak ditemukan di wilayah utara benua Australia, seperti di Darwin. Sepanjang alam terjaga kelestariannya, manusia pun dapat dengan bebas menyalurkan kreativitas. Sehingga manfaat tak hanya dirasakan manusia, alam pun juga merasakannya
source: http://www.metrogaya.com/headline/daging-buaya-diminati-di-australia